MetroVisi.com, Kupang-NTT Asosiasi Himpunan Pengusaha Peternak Sapi dan Kerbau (HP2SK) Provinsi Nusa Tenggara Timur, mempunyai mimpi besar bagi iklim peternakan dan usaha ternak yang lebih baik kedepannya demi menjaga perekonomian masyarakat dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Hal ini disampaikan oleh Pembina HP2SK NTT, Ayub Titu Eki, Senin (9/12/2024). Dijelaskan Titu Eki, mimpi besar HP2SK NTT ini, dituangkan dalam program strategis HP2SK NTT bagi pengembangan potensi peternakan yang ada di wilayah NTT, dalam sebuah desain hilirisasi dan berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya bagi petani, peternak dan iklim usaha ternak yang lebih baik.
Menurut Titu Eki, yang juga Mantan Bupati Kupang dua periode, selama ini sistem peternakan dalam dunia usaha, belum memperhatikan dampak berkelanjutan sehingga dikhawatirkan akan menurunkan kualitas dan populasi ternak di wilayah NTT.
“Sebagai sebuah asosiasi, HP2SK NTT tidak hanya fokus pada usaha bisnis, tetapi lebih dari itu, mulai fokus pada dampak keberlanjutan peternakan di daerah ini. Sehingga perlu diubah dalam sebuah sistem yang terpadu dan berkelanjutan. Karena selama ini, sistem peternakan, khususnya di Kabupaten Kupang, belum menyentuh aspek keberlanjutan sehingga dikhawatirkan populasi dan kualitas ternak sapi cenderung menurun.
“Kami (HP2SK NTT), memiliki program besar yang didesain dalam sebuah sistem baru agar menciptakan alur usaha peternakan yang lebih baik dan bermanfaat bagi seluruh komponen masyarakat, baik itu petani-peternak, pengusaha dan daerah, jelas Titu Eki.
“Jadi desain yang digagas ini, tidak sekedar fokus pada bisnis usaha peternakan, tetapi harus tetap menjaga populasi dan kualitas ternak, bila perlu pengembangan ternak sapi harus digiatkan, agar NTT sebagai Provinsi Ternak dan Kabupaten Kupang khususnya sebagai Lumbung Ternak tetap terjaga.
“Dalam sistem baru yang kami maksudkan ini, didesain dalam 3 zona utama, yaitu Zona A, Zona B, dan Zona C. Zona A terkait pasar dan dagang, Zona B terkait penerapan teknologi rekayasa kualitas sapi, dan Zona C terkait usaha pengembang-biakan ternak sapi demi menjaga populasi. Ke-3 zona ini akan dikaitkan dengan kelompok-kelompok ternak di setiap desa dan dusun, dan setiap kelompok ternak ini akan berafiliasi dan bekerjasama timbal-balik dalam 3 zona utama ini dengan alur yang sudah tersistem dengan baik. Sementara itu, 3 zona utama ini akan dikelola oleh pemerintah bekerjasama dengan pengusaha ternak, dalam hal ini asosiasi HP2SK sebagai wadah perhimpunan para pengusaha ternak. Nah, pengelola 3 zona ini, tentunya akan fokus pada pengembangan kesejahteraan hidup bagi para kelompok ternak yang ada di desa ataupun di dusun,” sambung Titu Eki.
Dijelaskan pula oleh Titu Eki, bahwa setiap zona tersebut akan saling berhubungan. Zona A terkait pasar akan melewati zona B untuk mengecek dan meningkatkan kualitas ternak. Kualitas ternak sapi yang dihasilkan, dapat dibagikan kembali ke kelompok peternak di desa untuk dikembang-biakan dengan kualitas yang lebih baik, atau juga dapat dikirimkan sebagai usaha bisnis. Dan selanjutnya harus melewati Zona C dalam rangka pengembangbiakan menjaga populasi ternak. Sehingga setiap alur usaha ternak yang melewati 3 zona utama ini tetap terintegtasi dengan baik dalam bisnis usaha ternak, termasuk kualitas dan populasi peternakan tetap terjaga.
“Jika desain dengan 3 zona utama ini dapat berjalan lancar, maka kedepannya, sistem hilirisasi dapat terwujud. Artinya, tidak saja bisnis pengiriman sapi hidup, tapi pengolahan bahan baku daging sapi pun dapat dilakukan, sehingga mampu membuka lapangan usaha baru, dan kesejahteraan masyarakat serta peningkatan PAD dapat tercapai. Tentunya semua ini dalam semangat kolaborasi bersama antara pemerintah daerah dengan Asosiasi HP2SK NTT dan para kelompok ternak” tutup Titu Eki.
Sementara itu, Ketua HP2SK NTT, Tono Sutami, mengatakan, Desain Sistem Peternakan yang digagas HP2SK ini, akan disampaikan ke pemerintah daerah, sebagai wujud komitmen HP2SK NTT dalam membangun kolaborasi dan sinergitas bagi pengembangan dunia peternakan di NTT, yang rencananya akan dimulai dari Kabupaten Kupang.
“Sistem dan Desain HP2SK ini akan kami sampaikan dan diskusikan bersama pemerintah daerah. Karena sebagai sebuah asosiasi, HP2SK NTT juga mempunyai komitmen dan tanggung jawab bersama demi meningkatkan ekonomi masyarakat dalam dunia peternakan. Program dan Desain kami ini, rencananya akan dimulai dari Kabupaten Kupang jika telah disepakati oleh pemerintah daerah nantinya. Kita harap program dan niat baik kami ini, dapat terealisasi agar capaian dan asas manfaat dalam dunia peternakan dapat terwujud secara merata dan berkeadilan,” ungkap Tono. (MV-red)