MetroVisi.com, Kupang-NTT HUBUNGAN kerjasama antat negara Imdonesia-Jerman terus ditingkatkan, termasuk melalui Program Ausbidung yang menyasar para pelajar Imdomesia, termasuk di wilayah Nusa Tenggara Timur.
Terkait dengan program ini, badan pembangunan ekonomi wilayah Black Forest-Baar-Heuberg melakukan kunjungan kerja ke Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 4 (SMKN 4) Kupang pada Rabu (13/8/2024).
Kunjungan ini dihadiri langsung oleh Managing Director Wifog SBH, Henriette Stanley didampingi Project Manager Indonesia Kantor Wifog SBH, Nurul Aini dan Global Katalyst e.V. Doddy Primanda Kadarisman.
Kedatangan delegasi ini, disambut dengan tarian dan pengalungam kain adat NTT oleh sejumlah siswa-siswi SMK Negeri 4 Kupang. Hadir pula dalam penyambutan delegasi ini, pihak SMK di Kota Kupang, Pemerintah Kota Kupang, serta Anggota DPRD Provinsi NTT dan pihak-pihak terkait.
Managing Director Wifog SBH, Henriette Stanley mengatakan bahwa mendatangi wilayah NTT, khususnya di SMK Negeri 4 Kupang untuk menginformasikan terkait program Ausbildung dan orangnya benar-benar ada.
“Seperti yang kami sampaikan dimana pun dan kota mana pun termasuk ditekan berulang-ulang bahwa sangat penting adalah persiapan bahasa. Untuk itu kesempatan anak NTT untuk bekerja di Jerman sangat terbuka lebar,” ujar Henriette, menggunakan bahasa inggris.
Dia menyebut bahwa program Ausbildung membutuhkan energi yang sangat besar bagi Indonesia dan dari sisi Jerman. Sebab, dimulai dari bertemu kedutaan dan konsulat.
“Program itu memakan energi yang besar disamping melakukan hal-hal lain. Karena itu harus memanfaatkan program tersebut,” ungkapnya.
Direncanakan bahwa program Ausbildung ini untuk waktu jangka panjang sebab persoalan di Jerman terkait pekerjaan.
“Jadi yah, masih terus butuh calon tenaga kerja profesional untuk dididik dalam program itu. Tentunya masih akan terus dilanjutkan untuk waktu yang lama,” ungkapnya.
Henriette mengaku terkait program Ausbilding tersebut tidak melihat dari mana anak-anak muda itu berasal. Namun yang terpenting adalah niat dan penguasaan bahasa.
“Saya tidak melihat hal ini menjadi masalah asalnya dari mana baik itu NTT maupun provinsi lain di Pulau Jawa. Tetapi yang masalahnya adalah bahasa, kalau sama-sama bisa, ada niat untuk belajar bahasa dan gurunya menyelenggarakan maka bisa belajar bahasa Jerman dimana saja. Jadi bukan masalah anak mana, lokasi asal tapi kembali lagi bisa tidak untuk bahasa Jerman,” jelasnya.
Dengan demikian, lanjut dia, selaku Kepala Kantor Regional Support Pengembangan Bisnis untuk area Black Forest maka pekerjaannya adalah mensupport bisnis.
“Jadi isu besar itu tenaga kerja maka tahun depan itu ada kekurangan 40.000 tenaga kerja di Stuttgart, Jerman. Jadi kalau visinya realistisnya tidak semua bisa di tutupi namun kami berusaha untuk berkontribusi memecahkan masalah tenaga kerja di Jerman melalui program Ausbildung,” tukasnya.
Dirinya berharap program itu menjadi bagian dari solusi atas kebutuhan regional black forest terhadap kebutuhan akan tenaga muda yang akan dijadikan sebagai tenaga profesional.
Sementara, Doddy Primanda Kadarisman selaku pendiri Global Katalyst e.V. menyampaikan bahwa untuk provinsi yang pertama di Indonesia yang bekerjasama adalah NTT. Kemudian disusul Provinsi Bangka Belitung.
Namun untuk siswa angkatan awal yang sudah berangkat ke Jerman berasal dari Jawa Tengah.
“Akan tetapi untuk NTT lebih rapi karena bekerja sama dengan pihak yang terlibat baik pemerintah, BPD, sekolah dan Perguruan Tinggi,” ungkap Doddy.
Saat ini, kata dia, pihaknya sedang menyiapkan peserta yang belajar bahasa Jerman ada sekitar 2700 siswa di seluruh Indonesia. Sementara untuk Provinsi NTT ada 200an siswa.
“Untuk yang sudah tiba di Jerman ada Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat. Mereka yang start duluan, mudah-mudahan dalam waktu dekat ada 11 orang dari NTT tahun ini akan berangkat ke Jerman,” jelasnya.
Ausbildung adalah kuliah advokasi dan traininɓg industri artinya keduanya akan diambil tidak bisa satu paket, sehingga harus dipahami bahwa kuliah di kampus dan trainingnya di perusahaan. Kuliah gratis sementara industri mereka dibayar tergantung jurusan dan minat. Mereka yang akan dikirim ke Jerman akan menetap selama tiga tahun. (MV-red)